Reformasi Polri Dimulai, Abah Elang: Perubahan Harus Sentuh Budaya Kerja
Table of Contents
Banten - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan komitmennya mendorong transformasi besar-besaran di tubuh Polri. Langkah itu ditandai dengan dibentuknya Tim Reformasi Polri yang melibatkan 52 perwira tinggi untuk mengawal perubahan menuju institusi kepolisian yang modern dan akuntabel.
Dalam struktur tim, Kapolri bertindak sebagai pelindung dan didampingi Wakapolri Komjen Dedi Prasetyo sebagai penasihat. Sementara posisi Ketua Tim dipercayakan kepada Kalemdiklat Polri Komjen Chrysnanda Dwilaksana, dengan dukungan Irjen Herry Rudolf Nahak dan Brigjen Susilo Teguh Raharjo sebagai wakil ketua.
Untuk memastikan transformasi berjalan menyeluruh, Kapolri menunjuk sejumlah jenderal sebagai pengarah. Komjen Wahyu Hadiningrat memimpin bidang organisasi, Komjen Mohammad Fadil Imran mengawasi sektor operasional, Komjen Akhmad Wiyagus mengawal pelayanan publik, dan Komjen Wahyu Widada bertanggung jawab atas aspek pengawasan.
Reformasi ini selaras dengan Grand Strategy Polri 2025–2045, yang menargetkan Polri lebih adaptif terhadap tantangan zaman, transparan, serta semakin dipercaya rakyat. Di sisi lain, pemerintah juga mendukung melalui penunjukan Jenderal (HOR) Ahmad Dofiri sebagai Penasihat Khusus Presiden di bidang keamanan dan reformasi kepolisian, serta rencana pembentukan Komisi Reformasi Polri lewat Keputusan Presiden.
Mensesneg Pratikno Hadi menyebut langkah ini bagian dari evaluasi menyeluruh. “Polri adalah institusi yang dicintai masyarakat, namun tetap ada aspek yang harus diperbaiki agar kinerjanya semakin profesional,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari kalangan masyarakat sipil. Abah Elang Mangkubumi, Pimpinan Majlis Dzikir Bumi Alit Padjajaran, menyambut positif langkah Kapolri
“Kami menyambut baik adanya reformasi Polri sebagai langkah penting untuk memperkuat institusi kepolisian yang profesional, modern, dan berintegritas. Reformasi ini diharapkan mampu menghadirkan Polri yang semakin dekat dengan rakyat, menjunjung tinggi rasa keadilan, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik,” tutur Abah Elang.
Lebih lanjut ia menekankan bahwa perubahan tak boleh sebatas perbaikan struktur.
“Yang lebih utama adalah pembaruan budaya kerja, peningkatan transparansi, serta keberanian menindak tegas segala bentuk penyalahgunaan kewenangan. Dengan konsistensi dan komitmen moral yang kuat, reformasi Polri akan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas,” tegasnya.
Menurutnya, dengan dukungan rakyat, Polri berpeluang menjelma menjadi simbol kepercayaan dan pengayom sejati, sekaligus mitra masyarakat dalam menjaga keamanan dan keutuhan bangsa.